KISAH BERPOLITIK YANG PAHIT
Pada tahu 1977 saya sudah mulai aktip dalam sebuah organisasi di bawah naungan partai golongan karya yaitu ampi (angkatan muda pembaharuan indonesia) ,walau pun umur saya baru 12 tahun semua ini di karna kan bapak saya selalu aktip menjadi handip di tps untuk jaga kotak pemilu dan saya selalu ikut bapak saya menjaga tps tersebut hampir seluruh kejadian pada masa itu masih melekat dalam ingatan ku.
Waktu pertama kali saya memakai seragam ampi seakan saya mendapat semangat baru untuk menjalan kan hidup kedepan nya, dan pada masa itu sempat juga saya di koreksi,karna saya lah ampi terkecil di jambi, namun hal demikian dapat di selesaikan, selama saya bergabung di ampi saya salah satu ujung tombak untuk menempelkan kertas berlambangkan pohon beringin, karna pada masa itu di rumah masyarakat di tempelkan stiker tersebut, apa bila di waktu senja hari hampir seluruh rumah rumah masyarakat kecamatan sekernan di tempelkan kertas berlambangkan ka, aba, tapi apa bila suda jam tengah malam berganti gambar banteng, apa bila subuh hari sudah golkar semua itu lah pekerja, an saya hingga siang hari sudah golkar semua, karna patai politik cuma ada tiga partai .
Pengalaman pahit pemilu tahun 1999,ini ada lah merupakan pengalaman pahit bagi kader golkar karna hampir setiap desa di kecamatan sekernan golkar tidak di terima berkompanye di sebab kan kepala desa tidak berani, namun ada satu kepala desa yang berani untuk siap jadi tuan rumah yaitu desa tunas baru, maka di desa ini lah golkar bisa kompanye di kecamatan sekernan, sedang kan partai P A N boleh berkompanye di mana saja, dan sangat berkuasa pada masa itu, namun hal yang demikian tidaklah membuat surut perjuangan kader golkar dan ahir nya tetap jadi pemenang pada tahun 1999.
Tahun 1999 inilah pertama kali saya orasi politik di atas pentas di hadapan masyarakat banyak, namun saya belum berhasil karna pada masa itu perhitungan ke nomor urut caleg dan saya mendapat no 26 sedangkan yang terpilih nomor 25,namun saya tak pernah merasa kecewa karna tidak terpilih, saya lanjutkan mencalonkan diri pada tahun 2004 namun belum berhasil juga karna maseh nomor urut perdapil sedangkan saya mendapat urutan delapan di dapil saya, yang jadi tentulah nomor urut satu, belum surut juga niat saya karna kata orang tua berjuang itu cukup kan tiga kali, maka pada tahun 2009 saya mencalon kan Lagi Maseh berdasarkan nomor urut juga, tapi kali ini saya dan adik saya pendi mencalonkan diri dengan dapil yang sama tapi partai berbeda ependi dari pan saya dari golkar, namun dalam perjalanan peraturan KPU berubah pemenang nya suara terbanyak, maka besar harapan saya menjadi dewan,namun saya maseh menemui kegagalan kembali karna hasil KPU menetapkan suara,berjumlah 1189 sedangkan H. asnawi senior saya satu partai mendapat 1198 maka kalah lah saya sepuluh suara.
Dalam kondisi kejiwa, an belum seimbang gelap gulita dunia ini kurasa hampir aku berputus asa hampir sirna semua harapan dan, harta semua nya sirna penghasilan untuk kehidupan keluarga hilang tak berbekas hidupun di ambang kehancuran, letih, lesuh, malu, berbaur jadi satu yang ada hanya tersisa kepahitan, duka lara yang berkepanjangan.
Komentar
Posting Komentar