SUNGAI ASAM DULU WTC SEKARANG
Seiring dengan perjalanan waktu semua sudah berubah semua sudah tergilas masa demi menyonsong suatu kemajuan zaman, tak ada keramahan lagi semua jadi sirna air sungai mengalir seperti dahulu namun tak bisah lagi kita nikmati tampa proses yang matang semua berlimbah semua bersampah, akan kah suatu kelestarian alam tetap terjaga ini semua hanya kita mampu menjawab, karna semua adalah ulah kita yang tampa memikirkan kelangsungan anak cucu kita, dulu kita dan anak kita bisa meminum air sungai batang hari tampa pengolahan yang mutahir hanya cikup menelungkup di jamban lalu membenam kan mulut untuk minum kemudian hilanglah rasa dahaga, habis berkerja, dahaga habis olah raga, dahaga habis dayung sampan, kini semua tinggal kenangan yang tak mungkin akan terulang kembali semua sudah sirna oleh pengusaha pengusaha yang berkuasa, di hulu sungai sudah berdiribperusaha, an raksasa yang hampir limbah pabrik mengalir ke sungai sungai kecil, danau sudah rata oleh hisapan pokok sawit yang berdiri pukuhan hektar berliter liter mengisap air sana sini sungai kecil bereaksi seumpama parit parit kematian karna di aliri limbah segala limbah, wahai penguasa mari kita cari solusi bersama para tokoh masyarakat dan alim ulama juga para penegak hukum di negeri ini, lihat lah oleh mata kepala mu apa bila hujan turun semua sampah mengalir dari ulu sungai ke hilir sungai belum lagi di tambah racun yang mengikuti karna seluruh pwrusaha, an mmemakai rondap sebagai alat pemusnah rumput di tambah dengan pupuk yang berkimia semua jatuh ke sungai, karna di pinggir sungai sudah di penuhi pohon sawit baik itu milik pribadi maupun milik pengusaha.
Sungai asam atau deretan pelni dulu adalah suatu peradapan yang ramah karna di sana bersandar kapal besar yang mengangkut keperluan kota jambi namun kini tak nampak lagi, sungaibsudah mengering tida bisa di lewati oleh prahu layar atau pun kapal pengangkut segala jenis bentuk keperluan sehari hari, miris ras hati ini melihat nya bukan nya kita cemburu atas keberhasilan orang lain namun yang kita pikir kan kehidupan masa depan buat anak cucu kita.
Komentar
Posting Komentar